Rabu, 24 Februari 2010
Kasih Ibu Sepanjang Masa…
Malam ini, saya hendak mengunci pintu kantor dan bersiap pulang menuju rumah. Rolling door sudah saya rekatkan serta lampu, komputer dan AC sudah saya matikan semua. Namun ketika gembok hendak saya letakkan pada daun telinga pintu, mata saya tertumbuk pada sesosok tubuh kecil yang tergeletak tertidur pulas di atas lantai keramik di depan pertokoan Islamic Centre Kota Serang tempat kantor saya berada. Disisi bocah itu duduk seorang ibu paruh baya yang sedang asyik membaca sobekan koran dalam keremangan cahaya lampu sambil sesekali tangannya mengibaskan koran tersebut diatas tubuh anaknya yang mungkin terganggu oleh nyamuk dan serangga lainnya.
Udara diluar terasa dingin, karena sore tadi hujan mengguyur Kota Serang menyisakan genangan air dan lantai yang masih basah. Saya membayangkan dinginnya lantai dan aroma lembab yang pasti ditimbulkan dari bekas hujan. Saya mencoba mendekati ibu muda tersebut, sambil berharap kehadiran saya tidak mengganggu konsentrasi dan keseriusannya menjaga sang buah hati yang sedang terlelap.
Saya memulai percakapan dengan menanyakan mengapa anaknya tertidur di atas lantai tanpa alas sehelai kain atau karton yang mungkin bisa sedikit menahan rasa dingin. Ia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia sedang mencari sang suami. Pekerjaan sang suami katanya berprofesi sebagai pengamen jalanan, sedangkan ia harus bertemu dengan sang suami malam ini juga karena pemilik rumah tempat tinggalnya saat ini sudah mengharuskannya keluar dari kontrakannya karena sudah dua bulan tidak mampu membayar sewa. Huff…. Saya hanya mampu menahan nafas ini….
Saya membayangkan rasa putus asa menghadapi hidup yang dialami sang Ibu. Namun ketegarannya mampu menahan rasa lelahnya menyusuri jalanan Kota Serang demi mencari pujaan hatinya yang juga mungkin sedang berjibaku ‘menjual’ suaranya sebagai pengamen jalanan.
Sang Ibu menceritakan bahwa anaknya tadi berkata sudah sangat kelelahan berjalan kaki dari rumah kontrakan mereka di daerah Sempu di selatan Kota Serang, dan meminta istirahat sampai akhirnya sang anak tertidur di emperan samping kantor saya…. Hmm, saya merasa berdosa karena tidak memperhatikan apa yang terjadi diluar kantor sampai saya hendak pulang malam ini.
Saya kembali membayangkan bagaimana rasanya tidur tanpa alas di tempat terbuka. Saya pernah tidur di tempat terbuka saat kemping dan naik gunung, namun dengan perlengkapan yang cukup serta jaket anti dingin. Tapi saya masih tidak bisa membayangkan ketika hal ini terjadi pada seorang anak yang ditemani oleh ibunya yang tidak sanggup memberi ‘nilai’ lebih pada buah hatinya karena dikalahkan oleh keadaan.
Saya menawarkan untuk mau menginap di rumah saya, tapi ia menolaknya karena masih ingin mencari suaminya walaupu sampai besok. Huff… saya membayangkan urgensi adanya Trauma Center yang bisa menampung saudara-saudara kita semacam ini… saya membayangkan adanya Baitul Maal yang mampu mengayomi orang miskin dalam situasi terdesak… saya membayangkan pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 perihal ‘orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara’… hihihi… saya hanya bisa tersenyum kecut.
Saya sudah tidak ingin membayangkan teman-teman saya yang duduk sebagai anggota dewan yang terhormat di DPR, DPD, serta DPRD ataupun rekan saya yang duduk sebagai pemangku kebijakan di pemerintahan yang setiap perjalanan dinasnya selalu meminta fasilitas hotel bintang 3, 4 dan lima ditambah plus-plus yang lainnya…. tenggorokan saya seperti tercekat.
Saya menatap wajah anak itu dan wajah ibunya yang masih terlihat buliran keringat mengalir di wajahnya. Saya merasa berdosa malam ini karena tidak sempat memberinya apapun, karena saat saya kembali lagi ke lokasi semula dari mengambil sedikit dana di ATM…. si ibu dan anaknya sudah pergi entah kemana….. seperti raibnya rasa keadilan dan rasa sosial di negeri ini. Saya merasa sangat bersalah karena mungkin sudah terlalu banyak bertanya dan tidak memberinya apapun….. malam ini langit begitu kelam dan gelap…. Segelap harapan jutaan rakyat yang berharap adanya perubahan dinegeri ini…. Tapi saya percaya Allah tidak tidur…..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Gusti Alloh mboten sare...
BalasHapus