Jumat, 12 Februari 2010

Rasa Malu


Siang tadi ketika saya sedang berbincang-bincang dengan rekan saya Kang Indra Kusuma (Fajar Banten) di sisi jalan protokol Kota Serang, tepat di sebelah sebuah kantor salah satu instansi pemerintah Banten, kami dikejutkan oleh aksi ‘simpatik’ yang dilakukan oleh salah seorang satpam di kantor tersebut. Kegiatan yang ia lakukan mungkin juga ‘ritual’ kecil setiap akhir pekan…. Ya, satpam tersebut mengganti plat nomer mobil tersebut yang semula berwarna merah (A-XX ) diganti dengan plat mobil berwarna hitam, konyolnya lagi plat mobil tersebut berseri (B-XXXX-NFL). Woow, dari plat berwarna merah bisa ‘disulap’ menjadi warna hitam dan dari seri A bisa ke B… saluuut. Dan itu dilakukan untuk mobil sekelas kepala dinas.

Kami hanya tertawa saja melihat kelakuan satpam tersebut, ia mungkin hanya melakukan apa yang di tugaskan oleh atasannya. Ya, sebagai seorang bawahan terkadang kita memang agak sulit menolak perintah atasan. Ketika saya ngobrol dengan tersebut sore harinya, katanya hari senin nanti plat tersebut diganti lagi ke plat merah…. hehehe

Saya jadi teringat kejadian beberapa minggu terakhir, saat masyarakat ribut-ribut soal pembagian jatah mobil mewah mulai dari para menteri, anggota DPR, anggota DPRD Banten, anggota DPRD Serang dan terakhir rencana pembelian mobil dikalangan kantor dinas di Banten.

Dari rencana dan pendistribusiannya memang tidak ada yang menyalahi prosedur hukum. Karena semua terlihat sudah sesuai dengan juknis, namun pertanyaannya apakah semua itu sudah sesuai hati nurani…? Karena hati nurani tidak bisa dibohongi. Disaat masyarakat masih disibukkan dengan naiknya kebutuhan hidup, mulai dari biaya sekolah (katanya sudah gratis SPP, tapi pungutan lainnya menyusul tinggi), biaya sembako yang merangkak berlari berdasar deret ukur, kesulitan mencari pekerjaan, hingga lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang semakin berlari menjauh dari harapan masyarakat.

Penggantian plat mobil milik kepala biro pemerintah daerah tersebut ternyata hanyalah sebuah gunung es, sebab penggantian plat mobil dari ‘Warna merah’ menjadi hitam katanya disebabkan oleh maraknya demonstrasi mahasiswa terhadap mobil berplat merah.,,, hehehe, saya jadi tertawa sendiri (kalau tidak mau di demo, ya kelakuan pemilik mobil plat merah jangan neko-neko), alasannya untuk menghindari kejaran demonstran, jadi lebih baik diganti menjadi plat hitam (beberapa mobil dinas berplat hitam ditandai dengan akhiran….. NR alias Nomer Rahasia)… asyiiik.

Tentunya keasyikan ini berlanjut, sebab setelah dilihat-lihat dan diikuti alur perjalanan saat akhir pekan, mobil-mobil tersebut lebih banyak berkeliaran di mall, lokasi wisata, dan konyolnya beberapa diantaranya mampir di klub malam dan spa….. woow lebih asyik lagi tuh….

Nasib rakyat kecil saat ini di Indonesia memang harus lebih bisa memahami keinginan para pejabat. Tidak usah kita bermimpi akan kehadiran Umar bin Abdul Azis yang mematikan pelita di rumahnya ketika datang puteranya ke rumah dan ingin membicarakan keperluan keluarga… alasannya sederhana, pelita itu dinyalakan dengan uang negara dan harus dipakai untuk keperluan negara bukan untuk keperluan keluarga….. kalau pejabat kita pasti sudah menyiapkan berjuta alasan. Keperluan keluarga tapi katanya untuk menunjang keperluan negara… cabe dehhhh.

Cerita tentang kisah Umar, kisah para shalafus saleh yang mengikuti alur zuhud saat ini cukup untuk pelajaran di bangku madrasah dan sekedar cerita pengantar tidur semata, bukan lagi menjadi qudwah di zaman yang butuh kemewahan sebagai jaminan penghormatan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar