Rabu, 10 Maret 2010

"Wisata Fisika" : Indah, Nyaman dan Menyenangkan


Kemarin sore saya bertemu dengan salah satu puteri terbaik bangsa ini. Ia memang tidak popular seperti artis film atau sinetron, atau popular seperti para pejabat dan anggota DPR yang sering muncul dengan move dan ‘dagelan’ politik yang mampu membuat rakyat tertawa walau untuk sesaat. Ia hanyalah seorang pengajar biasa, walau sebenarnya ia berasal dari komunitas yang luar biasa. Pertemuan ini, dilatar belakangi oleh persamaan pandangan terhadap iklim bumi yang semakin panas dan persamaan keinginan kami untuk mewujudkan penggunaan solar cell (tenaga matahari… maaf saya jelaskan lagi arti solar cell karena siang tadi ada rekan saya di DPRD yang menyangka kalau solar cell adalah listrik berbahan bakar solar….??? Cabe deh) dalam aplikasi yang lebih nyata dan mudah diaplikasikan, terdengar mengawang-awang tentunya.

Beberapa minggu sebelumnya, saya dijanjikan oleh rekan saya Bang Johan, alumni Universitas Indonesia untuk dapat bertemu dengan sang guru…. Ya beliau memang seorang guru besar alias professor di FMIPA Universitas Indonesia. Karena kesamaan pandangan dan kekhawatiran terhadap pola konsumsi terhadap bahan bakar fosil di Indonesia dan belum konsennya para pengambil kebijakan di negeri ini, maka pertemuan tersebut dapat terlaksana di salah satu kedai kopi di Selatan Jakarta.

Awalnya saya sempat terkejut, karena dalam pandangan saya seorang professor fisika tentunya adalah seorang tua renta yang maaf ‘sudah botak’ di kepalanya dan berjalan agak bungkuk. Namun semua rekaan saya buyar saat berjumpa dengan beliau. Saya berjumpa dengan seorang wanita paruh baya yang enerjik dalam bertutur dan bercerita panjang lebar seputar fisika dan turunannya. Bahkan ternyata beliau adalah salah satu ahli ‘nano teknologi’ yang di dunia ini masih sangat jarang yang menguasainya. Gelar S-2 dan S-3 beliau didapatkan dari Jerman, negara produsen BMW…… Beliau adalah Prof. Dr. rer.nat Rosari Saleh

Artikel beliau di Koran Kompas telah beberapa kali menyita perhatian publik. Beberapa kampus swasta di negeri ini sudah menawari beliau untuk dapat bergabung dan tentunya dengan iming-iming penghasilan yang jauuuuh lebih tinggi dari penghasilan beliau saat ini. Namun semua itu ditolak dengan halus. Saya penasaran akan jawaban yang beliau utarakan, saya tanyakan apa yang ada dalam benak beliau …? Jawabannya sangat sederhana… saya ingin berbuat sesuatu yang berguna buat negeri ini dan tidak mau hanya ‘duduk’ saja dalam menara gading. Hmmmmm………….

Beberapa tawaran yang lebih menggiurkan ternyata sudah lebih dulu mampir padanya. Kampus-kampus ternama di luar negeri sudah menawarinya bergabung dengan segala macam fasilitas tentunya. Namun lagi-lagi, semuanya ditolak. Kami berdiskusi, kira-kira dengan cara apa kami akan melangkah..? Beberapa langkah awal telah beliau rintis dalam upaya mensosialisasikan bahwa fisika itu mudah, indah dan menyenangkan. Situs dan soal-soal fisika dan contoh yang aplikatif telah beliau gulirkan dibantu dengan tim kecil beliau yang sementara ini menurut rekan saya Kang Johan, beliau modali sendiri dari kantong pribadinya.

Delapan ribu soal dan CD interaktif serta aplikasi fisika yang sederhana telah dibuat oleh Prof Ocha begitu ia biasa dipanggil. Semua soal tersebut beserta CD dibagikan gratis ke sekolah-sekolah yang membutuhkannya….. beliau trenyuh, saat melihat pemerintah hanya konsen dengan olimpiade fisika yang hanya memperhatikan segelintir orang saja, kata beliau itu adalah hal bagus, namun alangkah lebih bagusnya jika fisika lebih memasyarakat dan lebih mudah diaplikasikan.

Saya ingat ketika masih duduk di bangku sekolah menengah…. Jika sudah melihat jadwal pelajaran dan ada jadwal mata pelajaran fisika…. Kok hati ini menjadi dag-dig-dug…. Plus menjadi lemas karena jika praktek, alat peraga fisika yang ada tidak memadai dan bahkan sering tidak tersedia, padahal saya waktu itu duduk di kelas fisika dan di SMA paling TOP di Kota Serang…. Hehehe. Sang professor mengatakan, jika semua guru fisika dibekali pembekalan dan pemahaman yang sederhana seputar fisika yang mudah dan aplikaitf, sungguh sangat sederhana menyelenggarakan praktek fisika dengan contoh-contoh dan alat yang murah serta tersedia di kehidupan sehari-hari…

Pembicaraan kami terus mengalir seputar solar cell yang menjadi ‘PR’… ya, menjadi tantangan karena menurut beliau, saat ini semua negara maju sedang dan secara berkelanjutan melakukan riset dan menerapkan pemakaian system tenaga listrik berbahan non-fosil seperti matahari dan mikro hydro. Namun, ironisnya Indonesia yang melimpah selama 12 bulan akan cahaya matahari (tanpa musim salju) dan banyaknya sungai-sungai kecil yang dapat di manfaatkan untuk penggerak sistem kelistrikan bagi masyarakat pedesaan masih tidak juga dilirik dan belum sepenuhnya pemerintah menerapkannya secara sungguh-sungguh….. kami terdiam lama, karena beberapa negara Afrika dan negara-negara dunia ketigapun saat ini juga sedang melakukan seperti apa yang dilakukan oleh negara maju.

Saya teringat mata kuliah Security Energy di kampus saya dulu dalam bidang pertahanan di Singapura, dalam kuliah tersebut diwanti-wanti akan terjadinya gejolak setiap saat yang mampu membuat semua negara gonjang-ganjing karena perebutan energi dalam sistem perekonomian. Saat inipun sudah terasa jika minyak bumi semakin langka maka harganya mengikuti merangkak naik yang kemudian membuat panik para pemimpin dunia… dan bukan tidak mungkin akan memicu perang dunia… hmmm.
Kami juga sedikit menyinggung rencana kenaikan harga tariff dasar lisrtrik dalam beberapa minggu kedepan yang sudah dilontarkan oleh Pak Dahlan Iskan (Founder Jawa Pos) yang saat ini menjabat sebagai Dirut PLN.

Tidak muluk-muluk memang, malam kemarin kami berkomitmen untuk sedikit bergerak dalam dua arus yang berbeda. Arus pertama bahwa ilmu fisika harus terus disosialisasikan kepada seluruh siswa-siswi Indonesia tanpa mengenal status sosial, apakah ia peserta olimpiade sains atau bukan, apakah sekolah di kota atau sekolah di desa, serta bagi para pendidiknya di semua level, apakah guru SMA atau dosen, program-program seperti ini terdengar sangat tidak populis, tapi kami berkomitmen untuk dapat bergerak secara perlahan.

Arus kedua adalah sosialisasi penggunaan energy matahari (solar cell) kesemua level, termasuk para pengambil kebijakan. Sangat berat memang, tapi kami yakin bahwa ide besar ini harus terus disosialisasikan karena krisis energy adalah hal yang nyata di depan mata. Langkah ini berat, tapi kami harus memulainya perlahan-lahan….

Diakhir pembicaraan, professor mengatakan bahwa ia ingin agar setiap anak Indonesia kelak melihat mata pelajaran fisika tidak lagi menjadi momok yang menakutkan, karena sesungguhnya kata beliau fisika itu Indah, Nyaman dan Menyenangkan. Kalau dalam bahasa saya…. Orang yang sedang belajar fisika seperti orang yang ingin 'berwisata'… dalam hal ini menyenangkan dan ENJOY….. Keinginan ini seperti mimpi di siang bolong, tapi kami berkeyakinan bahwa semua ide besar selalu dimulai dari ‘mimpi’ kecil….anda mau bergabung...?

1 komentar:

  1. saya adalah satu dari mahasiswa yang sedang dan telah diajar oleh Bu Ocha selama kurang lebih 1,5 tahun.
    And she's so adorable, saya ga pernah bosan ikut kelasnya. And i'm a huge fan of her. It's been a great honor for me being her students.
    FYI saya alumni sma di Pandeglang, dan setelah masuk fisika UI (terutama diajar oleh bu ocha) saya semakin yakin dengan pendapat saya bahwa ada sebuah missing link di bidang pendidikan, like a huge black hole dalam pendidikan di Banten. semoga bisa teratasi karena pendidikan adalah pilar kemajuan bangsa.

    BalasHapus