Sabtu, 03 April 2010

Gaya Hidup dan Keseharian kita


Berita Gayus yang menghiasi pemberitaan kita beberapa hari ini membuat mata sebagian masyarakat kita terbelakak. Bagaimana tidak, dengan jabatan golongan IIIA, tentunya sangat patut dipertanyakan dari mana sumber kekayaan yang didapatkannya saat ini, selain dari warisan jika memang ada….?

Namun demikian, saya tertawa sendiri jika membayangkan kehidupan yang melompat secara signifikan yang juga tergambar dari kehidupan tetangga, rekan dan sahabat saya yang sangat drastis yang duduk di jabatan publik. Bukannya kita iri atau jengah, namun apa layak hidup di istana sedangkan tetangga masih ‘senin-kamis’ kehidupannya ditambah ‘gossip’ yang santer bahwa asal muasal dari sumber kekayaannya masih bisa dipertanyakan… hmm.

Kisah Gayus sang pekerja pajak, kisah para pejabat kepolisian yang memiliki Harley dan kisah-kisah lainnya yang membuat hati miris seperti kisah dalam untaian cerita seribu satu malam yang tidak pernah berakhir. Bisa jadi Gayus hanyalah sebuah melodrama kecil diantara sendratari dan epik pameran kekayaan yang selalu dipertontonkan oleh para pejabat publik selagi aji mumpung.

Beberapa dan bahkan sudah menjadi rahasia umum, kalau kepala daerah di Indonesia seperti seorang yang mendapat durian runtuh jika terpilih dan bisa duduk di atas singgasana pemerintahan. Begitu pula dengan para wakil rakyat yang berlomba-lomba atas nama rakyat untuk dapat duduk dan mewakili ‘konstituennya’ di gedung rakyat yang terhormat.

Cerita tentang lompatan kehidupan para pemimpin seperti rangkaian kehidupan yang sistemik (meminjam) istilah Bank Century. Jika dahulu sebelum menjabat mereka hanya memiliki satu rumah, satu mobil dan bahkan sering tidak punya… namun saat menjabat beberapa bulan sudah mendapatkan ‘kemewahan’ yang sangat wah.

Rekan saya kepala cabang salah satu bank nasional di Banten sampai terheran-heran melihat gaya hidup salah satu bupati di Banten yang memiliki rumah dan mobil yang berderet-deret… ditambah gaya hidup anak-anak dan istri beliau yang mengalami kehidupan super wuperrrr… beliau membandingkan dengan kehidupan sebelumnya yang terlihat biasa-biasa saja.

Rekan saya yang menjadi manajer sebuah pabrik petrokimia di Anyer juga tidak habis pikir melihat beberapa anggota dewan yang terhormat, dapat dengan enjoynya membangun rumah super dan membeli mobil pribadi diatas rata-rata masyarakat. Padahal sebelumnya, kehidupan para anggota dewan sangat bersahaja…. Hmm.

Masyarakat kita memang hanya diam melihat semua ini. Namun kediaman mereka dapat kita maknai bahwa mereka ‘nrimo’ saja akan status dan kehidupan para pejabatnya… atau sebaliknya, mereka hanya bisa mencaci dalam diamnya…. (bukankah doanya orang teraniaya cepat di kabulkan..?).
Sumber kekayaan yang begitu drastis dan pola kehidupan yang begitu fantastis menjadi budaya biasa dalam kehidupan kita saat ini. Kasus terbongkarnya kepemilikan rumah dan mobil mewah milik Gayus, Harley dan tabungan para petinggi Polri, merupakan sebuah gunung es yang boleh jadi hanya sebuah titik hitam diantara kelamnya asal muasal kekayaan hingga terbongkar disuatu saat.

Hampir setiap minggu, saat ini kita dapat menyaksikan dan melihat dalam setiap pemberitaan tentang mantan menteri yang masuk penjara karena korupsi, mantan gubernur yang diseret paksa masuk bui dan mantan anggota dewan yang terhormat yang harus rela ‘menginap’ di hotel prodeo…. Naudzubillah.

Rekan saya dari Kyoto, sampai terheran-heran ketika suatu saat beliau bertemu janji dengan salah satu rekannya di Hotel Sultan (dulunya Hotel Hilton Jakarta)… karena saat makan malam, nyaris seluruh kursi di restaurant tersebut penuh sesak dengan orang-orang Indonesia dan kejadian ini terus berulang setiap beliau berkunjung ke Hotel Sultan, yang ironisnya menurut beliau… berita seputar gizi buruk dan busung lapar masih menjadi headline berita di Indonesia… padahal ukuran makan malam di hotel Sultan tidak bisa dibilang murah… alias mencekik kantong.

Lain lagi rekan yang satunya masih dari Kyoto, beliau sampai terheran-heran melihat lahan parkir mobil di kampus-kampus di Jakarta yang selalu full dengan mobil dan sepi dari sepeda. Saya katakan, bahwa jika mahasiswa Indonesia memakai sepeda untuk kuliah… bisa dikatakan, jika tidak karena idealisme.. ya karena kepepet harus menggunakannya karena ukuran kantong.

Gaya hidup yang memaksa kita untuk tetap ‘eksis’… rupanya memang di tularkan dari para pemimpin kepada rakyatnya. Jadi tidak dapat disalahkan jika masyarakat kita juga lebih bersifat praktis melihat kehidupan ini. Setiap pemilu berlangsung, praktek politik uang selalu berseliweran dan semua kandidat seperti memberi ruang untuk meninabobokan para konstituennya…. Setiap hari selalu saja bermunculan berita baru tentang para tersangka yang menggelapkan uang rakyat… namun seperti kisah Al Pacino atau Robin Hood… semua seperti hilang ditelan bumi seiring dengan memori politik dan memori sejarah masyarakat kita yang teramat sangat pendek.

Tidak perlu sekolah tinggi, tidak perlu moral yang baik…. Yang diperlukan masyarakat saat ini adalah cash money dalam setiap pemilu, dalam setiap pilkada dan dalam setiap penyelesaian perkara…. Ada Uang Abang di Sayang, tak ada Uang Abang cari koalisi baru….

Kisah Gayus, Kisah Susno, Kisah-kisah lainnya di bumi pertiwi semoga dapat memberikan hiburan bagi masyarakat kita yang sudah bosan dengan film horor dan film vulgar serta parodi politik. Jika kita masih mau mendengar kisah zuhud para sholafus saleh atau kehidupan para nabi..? jangan cari dalam kehidupan nyata… cukup cari saja dalam lembaran-lembaran sirah yang mungkin masih tersimpan dalam lemari-lemari para santri di pesantren atau cukup cari dalam dongeng pengantar tidur. Pilihan hidup tentunya ada pada diri masing-masing....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar