Sabtu, 23 April 2011

"Tuntutlah Ilmu" Hingga ke Pamarayan


Pamarayan, sebuah kota kecamatan yang terletak di Kabupaten Serang Provinsi Banten memang tidak memiliki hal yang dapat dibanggakan kecuali adanya Bendung Air Pamarayan yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda yang kini fungsinya telah digantikan oleh bendungan air baru yang dibangun pada zaman orde baru.

Bendung air peninggalan Belanda tersebut yang letaknya beberapa ratus meter dihilir bendung air baru, saat ini kondisinya nyaris tidak terawat dan dipenuhi oleh kegiatan vandalisme dan beberapa gubug kaki lima yang tentu saja mengotori pemandangan bagi orang yang sengaja ingin menikmati salah satu obyek wisata yang menjadi destinsi wisata yang dimasukkan oleh dinas pariwisata Kabupaten Serang. Namun lagi-lagi obyek wisata tersebut nyaris tidak terawat kalau tidak dikatakan kumuh. Kali ini saya tidak akan mengomentari banyak tentang Bendung Pamarayan, karena kedua bendungan tersebut tentu saja sudah ada dinas terkait yang mengurusnya...?

Jujur saja, saya pertama kali berkunjung ke Pamarayan pertama kali sekitar akhir 90-an saat hinggar reformasi menjadi euforia di negeri ini. Ketika saya berkunjung kembali pada awal tahun ini, saya bersama Gabriel dan dua rekan beliau Gorka dan Mika dari Prancis. Awalnya saya heran kenapa mereka tidak tertarik berkunjung ke Bendung Air Pamarayan, namun memilih menginap di Kampung Ranca Lame di Desa Wirana. Mereka dari Prancis khusus ingin belajar Pencak Silat kepada Abah Juhro, salah seorang warga kampung di desa tersebut yang menjadi pimpinan Peguron (perguruan) Pencak Silat Pusaka Medal. Pada kunjungan kali ini, saya menganggap bahwa mereka pasti hanya ingin sekedar melihat perguruan silat tidak lebih dari sekedar dari kunjungan wisata biasa.

Beberapa minggu kemudian, tepatnya jum’at yang lalu saya kembali dikontak oleh rekan saya Gabriel, seorang warga Prancis yang sedang menyelesaikan studi S-3 di Banten. Beliau mengirimkan kabar bahwa akan datangnya dua rekan beliau dari Prancis, Cyril dan Fanny yang akan berkunjung ke Ranca Lame. Keingintahuan saya, kembali mencuat dan ingin mengetahui lebih tentang Ranca Lame, hingga pada saat saya mengantar ‘tamu’ saya tersebut sengaja saya tidak langsung pulang kembali ke Serang, tapi sengaja menunggu waktu malam tiba untuk melihat secara langsung kegiatan Peguron Pusaka Medal hingga bisa menarik warga Prancis untuk datang berkunjung.

Keseharian Abah Juhro terlihat sangat sederhana dan seperti kebanyakan warga kampung lainnya, yaitu bertani dan beternak. Setiap pagi ia pergi ke sawah dan pulang saat petang sambil menggembala kerbau. Begitu pula dengan kondisi rumah beliau yang terlihat sederhana seperti kebanyakan kondisi rumah lainnya dikampung ini. Secara otomatis, saat para tamu Prancis tersebut harus tinggal di rumah Abah Juhro, mereka harus menerima apa adanya segala keterbatasan yang harus mereka terima selama tinggal beberapa hari di kampung ini. Harus siap dengan listrik yang byar pet alias lebih sering mati dibanding menyala, harus siap dengan kondisi infrastuktur jalan yang tidak lebih baik dari kubangan serta menu makan yang harus dapat diterima lidah Eropa, walau terkadang harus merem-melek saat dicerna...

Selepas sholat Isya, latihan pencak silat sudah dimulai dengan beberapa anak-anak kampung yang berkumpul dan memperagakan jurus-jurus indah berupa gabungan ilmu bela diri dan seni tari. Tak lama berselang, Gabriel, Chloe, Cyril dan Fanny secara bergantian melakukan atraksi pencak silat yang ternyata sudah sangat mahir diperagakannya. Saya berdecak kagum, tidak lain karena seni bela diri Pencak Silat ternyata juga digemari dan ‘dilestarikan’ oleh warga Prancis.

Selepas latihan pada pukul 02.00 dini hari, saya sempatkan mengobrol dengan Cyril dan Gabriel yang menceritakan perkembangan pencak silat di Prancis yang katanya sudah ada sekitar 10 perguruan yang tersebar di Prancis. Peguron Pusaka Medal memiliki cabang di Belgia dan Maroko dengan pusat Eropa di Prancis dengan guru Gorka sebagai pelatih utama dan telah beberapa kali tampil hingga ke Rusia dan beberapa negara Eropa lainnya. Pengalaman Cyril yang mantan anggota angkatan bersenjata Prancis dan mengambil pensiun muda yang telah ‘berguru’ juga ke Thailand dengan Thai Boxing-nya justru saat ini katanya tertarik sejak 7 tahun lalu dengan Pencak Silat. Saya semakin penasaran untuk bertukar pikiran sampai hidangan nasi goreng datang dihidangkan kepada kami oleh anak-anak muda Kampung Ranca Lame yang menjadi murid Abah Juhro. Satu nasehat Abah, bahwa orang yang memiliki ilmu pencak silat hendaknya tidak digunakan untuk hal-hal yang merugikan diri sendiri apalagi merugikan orang lain.

Malam itu, ketika rintik hujan turun disertai petir dan listrik yang mati-nyala, kami terlelap hingga adzan subuh membangunkan kami dengan mata yang terasa berat. Saya memandangi pilar-pilar bambu yang menjadi pagar rumah Abah Juhro disubuh itu, saya membayangkan kalau ketenaran dan kedigdayaan jurus silat Abah Juhro mampu menembus batas negara dan ‘memaksa’ para saudara Prancis tertarik untuk datang sekedar berlatih dan bertukar pikiran tentang pencak silat. Tak ada salahnya kalau adigium “Tuntutlh ilmu hingga ke pamarayan” tidaklah salah kiranya.

Satu harapan saya, kiranya seni bela diri Pencak Silat tidak hilang dari bumi pertiwi. Adakah kiranya muatan lokal untuk mata pelajaran di sekolah dasar dapat dimasukkan mata pelajaran pencak silat agar dapat diajarkan agar seni budaya asli negeri ini tidak hilang, minimal untuk tingkat Provinsi Banten.... Wallahu’alam.

9 komentar:

  1. hebat.. ternyata kita punya budaya yang sudah mendunia ea.. semoga abah2 juhro yang lain memperoleh perhatian..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... saya bangga dengan semua ini kebetulan saya asli orang Pamarayan yang saat ini tinggal di Kota Serang dan waktu kecil sempat mempelajari pencak silat, semoga pencak silat ada di mata pelajaran minimal Sekolah Dasar

      Hapus
  2. Alhamdulillah ternyata masih ada yang peduli tentang pamarayan....

    BalasHapus
  3. Sebagai warga negara yang baik.patut kita tiru remaja asing yg peduli akan kebudayaan.

    BalasHapus
  4. Saya pernah punya selembar kertas yang bertuliskan sebuah puisi tentang Pamarayan dalam bahasa Sunda, saya lupa judul dan penulisnya. Namun kertas itu hilang, padahal saya sangat men yukainya.Bagi siapa saja yang tau tentang puisi itu tolong share dong ke saya lewat email : hizrilhaika@yahoo.co.id atau raramoly@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin yang di maksud itu judulnya kidung pamarayan

      Hapus
    2. Mungkin yang di maksud itu judulnya kidung pamarayan

      Hapus
  5. Apakah gantarawang di kec pamarayan

    BalasHapus
  6. Aamin sehat panjang umur buat ksepuhan abah juhro rancalame pamarayan

    BalasHapus